Selasa, 14 Juli 2009

Raguragu

"Kembali lagi ke kodratnya sebagai perempuan", kata-kata yang kira-kira mulai setahun yang lalu sering kali saya dengar dari mulut ibu saya, "ingat 'mba, tugas kita sebagai perempuan, yaitu merawat dan mendidik" sambungnya.
Akhir-akhir ini kami sering bertukar pikir, seperti pohon yang akarnya belum tertancap kuat, mudah bergoyang-goyang mengikuti angin berhembus.
Aku merasa seperti pohon itu, begitu ada orang berkata "A" aku ikut A, jika orang berkata "B" aku juga merasa B itu pilihan yang benar, ketika kebingungan sudah melanda ku coba mencari tahu melalui artikel-artikel atau bacaan apapun tentang hal itu, ternyata itu tak menyelesaikan masalahku, malah bacaan itu menambah kebinganku dengan berkata "X,Y,Z".

Belum ada 1 keyakinan yang begitu kuat di diriku untuk membuatku mantap mengambil pilihan itu. Aku sangat ragu-ragu.

"mba, setinggi-tingginya perempuan mencari ilmu. Tugasnya yang mulia nanti sama saja, yaitu merawat suami, merawat anak, mendidik anak menjadi berhasil, menjadi soleh-soleha yang berguna bagi nusabangsa dan agama. Bukannya ibu ngelarang kamu ngambil jurusan teknologi ... ,terus kamu suka matematika kamu mau ngambil statistika atau komputer. Tapi, alangkah lebih baiknya kalo kamu kuliah ngambil jurusan itu yang nanti ilmunya bisa di gunakan di kerjaan, juga bisa kamu aplikasikan di rumah tangga".
(Parah nyokap gw, gw baru 18 tahun, pemikiran gw masih labil, pengennya yang simple aja. Di ajak diskusi nyokap gw bahasanya tingkat tinggi. Yang sebenernya belum terjangkau ama otak gw. Nasehatnya berasa besok gw udah mau nikah.)

***

Entahlah apa gw memang di takdirkan untuk jadi perawat atau bukan. Gw di terima di keperawatan, Pelni. Di sana gw ketemu lagi sama temen SD gw. Namanya Gina sama Ratna, Gina bawa temen namanya Rima, Ratna bawa temen namanya Nova. Gw lupa awalnya gimana, tapi yang pasti gw merasa nyaman bersama mereka,mereka baik dan kalo ngobrolpun mereka nyambung.
Gina, Nova, Ratna, Rima mungkin mereka yang akan menggantikan temen-temen SMA gw. Teman pulang, teman makan, teman main, teman jalan.

Mudah-mudahan ini memang jalan yang terbaik untuk gw.
Amin.

Tapi kalo boleh jujur, sebenernya, gw takud jadi perawat. Gw takut ngeliat orang kecelakaan, apalagi suruh ngerawatnya.
Tapi waktu gw tanya ke perawat yang benernya, mereka bilang 'ntar juga ada pembelajaranya qo ngilangin rasa takut, tenang... Semua ada prosesnya, lama-lama juga bisa'.
Mudah-mudahan aja gw bisa.

3 komentar:

millati_bae mengatakan...

Numpang komen...
Wah, ibuku ga pernah nasehatin kaya gitu deh... Mau masuk teknik, masuk statistik, dibiarin aja... Bersyukurlah punya ibu yang "membimbing" seperti itu... (bukan berarti aku ga bersyukur punya ibu yg membebaskan lho ya...)

kai mengatakan...

nasehat yg bijak dari seorang ibu..

qorii mengatakan...

Iiah.. Kl d pikir-pikir emang bener nasehat ibu saia,,